"Aku menanti hujan," jawabku
"Dasar lelaki bodoh" ujarnya,
"Bahkan badai pun enggan menemuimu.."
"Mimpi kamu"
"Biarkan aku bermimpi , disitulah aku hidup.."
"Petir pun tak akan mengizinkanmu bahkan jika kau hanya meminta melihat wajahnya"
Aku bersikeras..
"Bodoh dan sungguh keras kepala hai lelaki busuk"
"Biar, biar hujan yang basahi busukku
Entah tambah busuk atau malah bersih nanti tubuhku"
"Persetan lah dengan maumu lelaki pemimpi, aku tak akak bertahan disini jika jadi kau"
"Makanya kamu jadi dirimu temanku," jawabku kalem
Tapi sejurus aku tersadar
Siapa aku ?
Mengapa aku yakin sekali hujan mau datang ?
Dimana terangku saat aku kesepian ?
Apakah karena dianku sudah padam ?
Makanya tak ada lagi kehangatan ?
Aku melangkah kemudian
Sambil mengutuk diri ku sendiri
Sungguh lelaki bodoh dan pemimpi , persis seperti karib ku bilang tadi
Gang itu menjadi lengang
Tak ada suara
Bahkan semutpun bisa mendengar detak jantungnya sendiri
Lalu, jatuhlah tetes air itu
Satu demi satu kian merdu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar